Bookmark

Nisan Pasai Abad 15 di Bengkong Laut, Kota Batam

 

Nisan Tipologi Pasai abad 15 di Kec. Bengkong, Kota Batam, foto diambil dari sisi selatan.

1 Desember 2024

Sore itu saya, istri, dan anak saya sedang diajak oleh ibunya (mertua saya) untuk menikmati makanan khas Palembang di sebuah kedai yang terletak di Bengkong Laut, Kota Batam.Itu pertama kalinya saya mencoba makanan yang dikenal dengan sebutan "MODEL". Ya, namanya memang begitu, dan saya suka dengan rasanya, cocok di lidah saya yang memang sudah terbiasa dengan makanan Melayu. Usai menyantap makanan khas tersebut, saya dan istri tidak langsung pulang, saya masih menikmati sensasi rasa kenyang dengan ritual menghisap sebatang rokok yang selalu menjadi kebiasaan setiap selesai makan.

Kemudian benak saya mengingat perjalanan ke kedai ini. Saya buka maps dan melihat bahwa lokasi kedai ini terletak di sungai yang menyerupai teluk menjorok ke dalam di sisi utara pulau Batam. Kemudian entah bagaimana, saya ingat, tidak jauh dari lokasi kedai ini terdapat sebuah komplek makam kecil yang dihimpit oleh rumah padat penduduk yang jika saya perhitungkan jaraknya tidak akan jauh dari pelabuhan Harbour Bay yang berbatasan langsung dengan Selat Singapura. Lalu ide itu pun muncul, segera saya ajak istri saya untuk menyisir kawasan sekitar sambil menikmati jalan-jalan di sore hari. Dan, ya saya menemukan kembali tempat itu. Pemakaman kecil yang luasnya hanya 3 x 5 meter terletak di pinggir jalan kawasan padat penduduk.

Sebelum masuk lokasi makam, saya bertanya kepada salah seorang warga yang membuka warung kecil di seberang jalan tidak jauh dari lokasi makam. Yang kemudian nenek-nenek berusia 80 tahunan yang berada di warung tersebut bercerita bahwa makam tersebut memang sudah dari beliau kecil sudah ada. Tidak ada yang tahu itu makam siapa. Beliau bercerita sebelum padat seperti ini, kampung ini hanyalah pemukiman kecil yang masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Dan saya rasa wajar karena memang kampung ini terletak di dekat sungai yang memiliki akses langsung ke laut. Setelah selesai bertanya-tanya saya pun ingin meminta izin untuk ziarah dan mendookumentasi lokasi makam tersebut, namun nenek-nenek tersebut bilang bahwa makam tersebut tidak ada juru peliharanya, jadi beliau mempersilahkan saja jika ingin ziarah. Bebas, toh tidak ada yang memperhatikan dan jarang sekali orang ziarah ke makam tersebut.

Usai berpamitan, saya pun langsung ke lokasi makam. Istri dan anak menunggu di seberang jalan makam. Terdapat 2 buah makam di dalam cungkup sederhana berukuran 1,5 x 2 meter. Nisan paling timur hanya batu biasa, namun nisan yang dekat pintu masuk, tertutup kain kuning dan dilapisi oleh kain hitam. Dan ketika saya buka, foto diatas itulah yang bisa saya sajikan. Nisan Tipologi Pasai yang lazim digunakan di abad 15. Pendapat ini bukan saja pendapat kosong tanpa pembanding, dapat kita lihat dan bandingkan dengan foto komplek makam Maulana 'Abdurrahman Abu Ma'aliy al-Qaliy yang digelar dengan Tajud DunYa WadDin di Kecamatan Samudra, Aceh Utara dibawah ini,


Komplek makam Maulana 'Abdurrahman Abu Ma'aliy al-Qaliy, dok. KITLV
 

Temuan ini sejenak mengejutkan saya, nisan Tipologi Pasai abad 15 saya temui di Kota Batam, yang mana berbulan-bulan sebelumnya, varian lain dari nisan tipologi Pasai abad 15 juga saya temui di Pulau Bintan. Dalam hal ini, jejak Islam di Kep. Riau dan Kota Batam khusus pembahasan nisan ini, nampaknya memang harus direkonstruksi dan teliti ulang. Sebagaimana kita tahu bahwa narasi sejarah yang selama ini kita lihat baik ketika mengunjungi tempat bersejarah maupun literasi dalam bentuk buku. Sejarah Peradaban Islam di Kep. Riau biasanya dimulai di era abad 18, sekitar tahun 1700 an di masa Sulthan Sulaiman Badrul Alamsyah. Atau narasi tentang ketika Nong Isa/ Raja Isa pindah dari Riau-Lingga dan membuka kampung Nongsa di awal abad 19.

Namun dengan adanya bukti-bukti arkeologi yang lebih tua lagi, saya berpendapat bahwa Islam di Kep. Riau sangat terkoneksi dengan Kesultanan Samudra Pasai, Kesultanan Malaka, dan mungkin saja juga Dinasti Ming China. Tidak jauh dari lokasi makam, terdapat replika Kapal Armada Cheng Ho dan Masjid Cheng Ho yang diresmikan oleh Menteri Kemaritiman Indroyono Soesilo dan Menteri Pariwisata Arief Yahya pada Sabtu 21 Februari 2015.

Nisan Pasai abad 15 ini sudah 6 abad lalu menyaksikan peruahan zaman. Ia tetap kokoh di tempatnya meski keberadaannya tak diperhatikan. Harapan saya semoga ke depannya, Pemerintah Kota Batam khususnya Disbudpar memperhatikan makam tersebut dan segera memberlakukan statusnya sebagai cagar budaya. Akhir kata, teruntuk almarhum pemilik kubur, pembuat nisannya, serta tokoh-tokoh lainnya yang mungkin saja belum dapat kami ungkap kebenaran dan keberadaannya, semoga surga adalah balasan yang terbaik.


Kunjungan Kedua


Foto nisan diambil dari sisi utara

 
4 Januari 2025

Makam ini persisnya berada di Bengkong Laut, Kec. Bengkong. Menurut penuturan warga sekitar dan juga Safrullah yang rumahnya persis berada di samping makam dahulu sekitar tahun 1970 an, sebelum Otorita Batam berdiri, nama daerah ini adalah Bengkong Kuala. Jadi, Bengkong dahulunya hanya ada 3 nama saja yaitu, Bengkong Kuala, Bengkong Hulu, dan Bengkong Sei Landai (sekarang menjadi Bengkong Sadai).

Lokasi makam berada pada titik koordinat Google Maps 1.1563408, 104.0357721 dengan alamat 524P+G8J Bengkong Laut, Batam City, Riau Islands,

Lokasi Gmaps Nisan Pasai Abad 15
 

Dari google Maps juga kita dapat jumpai nama Hang Sanah, yang entah dari mana nama ini berasal. Seperti yang saya ulas pada tulisan kunjungan saya pada 1 Desember 2025, menurut penuturan warga sejak dahulu tidak ada yang mengetahui siapa sosok yang dimakamkan. Maka dengan tidak adanya inskripsi yang tertulis pada nisan, maka saya berkesimpulan bahwa nama tersebut tidak dapat kami anggap sebagai suatu kebenaran ilmiah. Saya hanya dapat menyampaikan bahwa sosok yang memiliki penanda kubur ini tentulah bukan sosok sembarangan, mengingat tidak semua orang pada abad 15 yang wafat akan dinisankan seperti itu.

Yang menarik dari lokasi makam ini adalah saat ini komplek makam digunakan oleh warga khusus untuk pemakaman bayi/balita yang meninggal dunia. Disamping makam dengan penanda nisan Pasai terdapat nisan Melayu baru yang terbuat dari batu granit, yang biasanya digunakan untuk penanda kubur perempuan. Sementara Nisan Pasai abad 15 terbuat dari batu andesit berwarna hitam.


Ketika kunjungan kedua ini, saya mengajak saudara saya saudara Mamik Tri Yulianto untuk eksplor daerah pesisir utara Batam. Sebelumnya kami menyisir daerah Kampung Tua Belian, kemudian menuju lokasi makam ini untuk melakukan pengukuran objek nisan.

Setelah dilakukan pengukuran diketahui nisan Pasai ini memiliki dimensi jika diukur dari garis batas kaki nisan yaitu dengan tinggi 40 cm, lebar 25 cm, dan tebal 10 cm. Jika diukur dari posisi dari tanah, nisan memiliki ketinggian sekitar 51 cm.

Setelah melakukan pengukuran, dokumentasi ulang, dan dengan ditemani abangda Safrullah kami membersihkan rumput-rumput di sekitar makam. Akhirnya selesai sudah laporan ini kami buat, harapan saya dan tentunya juga warga sekitar khususnya Abangda Safrullah yang selalu rutin membersihkan makam, agar Pemerintah memperhatikan tinggalan arkeologi yang ada di Bengkong Laut ini. Ini merupakan bukti jejak peradaban Islam yang ada di kota Batam, sejauh ini saya pribadi dapat mengatakan selama 11 tahun saya di Kep. Riau nisan ini termasuk salah satu nisan yang boleh dibilang adalah arkeologi awal persebaran Islam di tanah Melayu.

Semoga bagi pemilik kubur segala apa yang beliau upayakan dan lalui semasa hidupnya senantiasa diridhai oleh Allah, dan kita yang hidup dimasa sekarang perlu merasa berterima kasih atas jasa beliau yang telah menghibahkan jiwa dan raganya untuk Kepulauan Melayu khususnya Kota Batam. Wassalamualaikum wr,wb.


Sumber Referensi:

  • Foto dokumentasi pribadi
  • KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en. Volkenkunde)
  • Batu Aceh: Early islamic Gravestones in peninsular Malaysia, Othman Mohd. Yatim

*Muhammad Abdillah

Posting Komentar

Posting Komentar